Agen Joker123 Terpercaya - Cerita Sex Nekat Jadi Nikmat - Aqu, Arya adalah seorang laki-laki yang sudah beristri dan mempunyai
seorang anak yang sudah berumur 7 tahun dan sudah bersekolah di kelas 1
SD. Karena anak kami masih kecil dan jarak antara rumah kami dengan SD
tempat anak kami bersekolah cukup jauh maka setiap hari istriku
mengantarkan anak kami ke sekolah. Kami mempunyai tetangga, suami istri,
yang sudah sangat akrab dengan kami.
Agen Joker123 Terpercaya - Istrinya, sebut saja Heni,
sangat akrab dengan istriku sehingga hampir setiap hari ia bermain ke
rumah kami, dan kalau berkunjung ke rumah kami biasanya ia langsung
masuk tanpa mengucapkan salam atau membunyikan bel. Suaminya sendiri
bekerja di perusahaan swasta yang seringkali pulang malam dan kebetulan
mereka belum dikaruniai anak.
Heni biasa memanggil istriku dengan
sebutan Teteh sdangkan kepadaqu ia biasa memanggil Mas Ary. Ia adalah
seorang wanita yang cantik, kulitnya putih mulus, dan bodinya
pun menggiurkan namun sangat bersahaja dan lugu, tdk pernah neko-neko,
baik dalam cara berpakaian maupun cara bergaul, pokoknya polos.
Kalau
berkunjung ke rumah kami biasanya ia hanya memakai daster, atau
kadang-kadang memakai kain, namun bagiku hal tersebut menjadikan dia
sangat seksi. Aqu merasa sangat senang kalau ia berkunjung ke rumah kami
dan berlama-lama mengobrol dengan istriku sebab aqu bisa berlama-lama
pula mengintipnya dari balik garden kamar memperhatikan tubuhnya
yang sintal.
Bahkan kalau sudah tdk tahan aqu pun
melaqukan onani sambil mengintipnya dan membayangkan seandainya tubuh
Heni itu bugil dan aqu menggumulinya. Bahkan tdk jarang ketika aqu
sdang menyetubuhi istriku pikiranku berfantasi seolah-olah aqu sdang
menyetubuhi Heni, dan memang dengan berfantasi seperti itu aqu merasakan
kenikmatan yang lebih dari biasanya.
Namun aqu sering merasa
kesal karena orang yang sering kubayangkan tersebut selalu bersikap acuh
terhadap diriku. Aqu sering mencoba memancing ke arah pembicaraan yang
agak menjurus namun ia tdk pernah menanggapinya, bahkan pura-pura tdk
mendengarnya. Sikapnya tersebut membuat diriku semakin merasa penasaran.
Pada
suatu hari istriku minta izin kepadaqu untuk pergi ke rumah saudaranya
yang rumahnya agak jauh, setelah pulang dari sekolah anak kami, dan
diperkirakan baru akan pulang ke rumah sore harinya. Aqu pun tdk
berkeberatan karena aqu pun tdk akan pergi ke mana-mana sehingga tdk
khawatir dengan keadaan rumah kami. Aqu pun bersantai- santai saja di
rumah sambil menyetel vcd porno yang tdk berani kusetel bila anak kami
sdang berada di rumah.
Aqu menikmati tontonan yang merangsang
tersebut sambil membayangkan bahwa yang bermain di dalam film
porno tersebut adalah aqu dan Heni. Aqu terhanyut dalam bayangan bahwa
diriku sdang menggumuli tubuh bugil Heni. Kebetulan sudah seminggu
kont*lku tdk mendapat jatah karena istriku sdang berhalangan. Kont*lku
sudah sangat ngaceng.
Sdang asyik-asyiknya aqu menonton sambil
mempermainkan kont*lku tiba- tiba pintu yang lupa aqu kunci dibuka orang
sehingga kontan kumatikan vcd player yang sdang kusetel. Ternyata yang
membuka pintu tersebut adalah Heni yang langsung masuk sambil
memanggil-manggil istriku:
“Teh . Teh “. Ia memakai kain dan baju
atasannya agak terbuka atasnya, sehingga pangkal buah dadanya yang putih
mulus dan montok terlihat sedikit. Kain yang dipakainya agak basah,
mungkin ia baru selesai mencuci sehingga pinggulnya tercetak dengan
jelas dan aqu tdk melihat garis segitiga di balik kain yang dikenakannya
itu sehingga aqu berkeyakinan bahwa ia tdk memakai celana dalam.
Hal
itu menyebabkan aqu semakin terangsang. “Mas, Tetehnya ke mana?”
tanyanya. “Ke rumah saudara, pulangnya nanti sore!” jawabku, “Memangnya
mau apa sih Hen?” tanyaqu. “Anu Mas, mau pinjam seterikaan, kepunyaan
saya rusak”. Datanglah setan membisikkan ke dalam diriku bahwa aqu harus
memanfaatkan kesempatan ini untuk mewujudkan hal yang selama ini selalu
menjadi fantasiku.
Aqu berkata: “Biasanya sih di kamar tidur,
ambil saja sendiri!”, padahal aqu tahu bahwa seterikaan tersebut tdk
disimpan di kamar tidur. Ketika Heni pergi ke kamar tidur untuk mencari
seterikaan aqu segera mengunci pintu agar tdk ada orang lain yang
mengganggu rencanaqu.Kont*lku sudah sangat keras karena ingin segera
mendapat jatah.
Dari dalam kamar tidur terdengar Heni berkata:
“Kok enggak ada Mas, di sebelah mana ya?” Aqu pun masuk ke kamar tidur
dengan hanya mengenakan sarung tanpa memakai celana dalam supaya
rencanaqu tdk terhambat dengan cd. Nampaknya Heni tdk menaruh curiga
apa- apa. “Mungkin di bawah tempat tidur!” kataqu.
Kemudian Heni
pun melihat ke bawah tempat tidur, tentu saja sambil menungging. Ketika
Heni menungging aqu melihat sebuah pemandangan yang sangat indah dan
sangat menggairahkan. Pantat Heni yang bahenol tercetak jelas pada kain
yang dikenakannya, dan sekali lagi aqu yakin bahwa Heni tdk memakai
celana dalam karena aqu tdk melihat garis segitiga pada pantatnya yang
bahenol itu.
Karena sudah tdk tahan maka aqu pun
segera memeluk tubuh Heni dari belakang
sambil menggesek-gesekkan kont*lku pada pantatnya. Ternyata Heni
memberikan reaksi yang tdk kuharapkan. Ia meronta-ronta berusaha
melepaskan tubuhnya dari pelukanku sambil memaki-maki diriku,
“Mas
apa-apaan sih? Lepaskan diriku, aqu tdk mau melaqukan ini, kamu
bajingan Mas, tdk kusangka!” Melihat reaksinya yang seperti itu pada
mulanya aqu pun merasa ragu untuk melanjutkan perbuatanku, namun rupanya
bisikan setan lebih dahsyat daripada akal sehatku, sehingga walaupun
Heni meronta-ronta sambil memaki-maki aqu tdk peduli, bahkan aqu
semakin bernafsu.
“Ampun Mas, lepaskan aqu, aqu tdk mau melaqukan
hal yang seperti ini!” Heni berkata sambil menangis dan meronta-ronta.
Aqu semakin ganas, kuhempaskan tubuh Heni ke atas tempat tidur sambil
kutarik kainnya secara paksa sehingga kain tersebut lepas dan
terlihatlah kemaluan Heni yang ditumbuhi bulu yang lebat.
Aqu pun
semakin bernafsu, aqu berusaha untuk membuka pakaian bagian atasnya,
namun aqu mendapat kesulitan karena Heni selalu mendekapkan tangannya
erat- erat di daarya sambil terus menangis, kakinya pun selalu
dirapatkan erat-erat sambil menendang-nendang sehingga aqu mendapat
kesulitan untuk memasukkan tubuhku di sela-sela pahanya.
Mungkin
karena sudah lelah atau karena lengah pada suatu kesempatan aqu mendapat
kesempatan untuk merenggangkan pahanya dan tubuhku berhasil masuk ke
sela-sela pahanya. Dari sana aqu berusaha untuk melepaskan pakaian
bagian atas Heni dan sekaligus bh-nya yangpertahankan dengan gigih,
sambil meronta-ronta, menjerit-jerit, memukul, dan mencakari tubuhku.
Akhirnya
aqu berhasil menyobekkan pakaian bagian atasnya dan melepaskan bh-nya,
dan aqu pun berhasil mendaratkan bibirku pada susunya yang masih keras,
maklum belum dipakai menyusui, kecuali suaminya. Tdk ayal lagi aqu
pun menciumi susunya dan sesekali mengulum putingnya dan menyedotnya.
Diperlaqukan
demikian Heni mendesah, namun ia masih terus melaqukan perlawanan
dengan cara meronta-ronta sambil menangis, walaupun rontaannya sudah
agak melemah, entah karena kecapekan entah karena mulai terangsang.
Sejalan
dengan itu pertahanan pahanya pun mengendur sehingga lambat laun
kont*lku yang sudah super tegang berhasil menyentuh bagian
luar mekinya dan kugesek-gesekkan kont*lku untuk mencari lubang yang
selama ini aqu idam-idamkan.
Akhirnya kont*lku berhasil
menemukan lubang idaman tersebut, dan secara perlahan tapi pasti aqu pun
memasukkan kont*lku ke dalam lubang tersebut. Ketika kont*lku berhasil
melaqukan penetrasi ke
dalam lubang mekinya serta merta terdengar
mulut Heni mendesah dan merintih, badannya pun menjadi lemas,
perlawanannya mengendur, dan ketika penetrasi kont*lku kusempurnakan
dengan tekanan yang mantap ia pun menjerit tertahan,
“Aaaaaaahhhh
Maaaassssssss ..”. Inilah reaksi yang sangat aqu harapkan .. Ketika
kont*lku aqu naikturunkan dengan cepat pantat Heni pun mengimbanginya
dengan gerakan sebaliknya. Sekarang bibirku pun dengan leluasa tanpa
hambatan bermain di puting susunya, sesekali aqu bergerilya di ketiaknya
yang ditumbuhi bulu yang lebat, aromanya yang agak bau keringat sangat
aqu senangi sehingga semakin meningkatkan gairahku.
Tangan Heni
yang tadinya dipergunakan untuk memukuli dan mencakar tubuhku kini ia
pergunakan untuk memeluk dan mengelus-elus punggungku. Tadinya ia
menangis dan menjerit-jerit karena menolak kini ia menjerit-jerit dan
mendesah serta mengerang karena gairah yang memuncak.
“Aaaaaahhhhhh
…. Eeeeeeeemmmmmmhh Aduuuuuuuhhhhhhh . Ssssssshhhhhhh . Sssssssshhhhh
sssssshhhhhhh . hhhhhhmmmmmmmhhh .. Maaaaassssssss ..
Nikmaaaaaaaaatttttt tt”.
Heni meladeni semua permainanku dengan
sangat agresif, kami berguling- guling di atas tempat tidur, kadang aqu
di atas kadang Heni yang di atas. Nampak sekali ia sangat menikmati
permainan ini, sama sekali tdk tampak bekas-bekas penolakannya.
Ketika
aqu suruh dia menungging untuk melaqukan posisi dog-style ia menolak,
“Jangaaaaaan Masssssssss, jgn dari dubuuuuur aqu tdk suka,
jijiiiiiiiiikkkkk”
Rupanya ia mengira bahwa aqu akan menyodominyakarena oleh suaminya ia
tdk pernah disetubuhi dari arah belakang. Aqu pun memaksanya untuk
menungging, posisi yang sangat aqu sukai ketika bersetubuh dengan
istriku. Dengan terpaksa Heni menurutikeinginanku. Pemandangan yang aqu
lihat saat Heni menungging semakin meningkatkan birahiku, pantatnya yang
putih dan bulat serta meki berbulu yang terjepit oleh pahanya, aaaahhhh
.. sungguh menggairahkan.
Segera aqu arahkan kont*lku yang masih
sangat tegang itu ke arah mekinya yang terjepit oleh paha mulus. Ketika
kont*lku secara perlahan-lahan masuk ke dalam mekinya, Heni
menggelepar- gelepar sambil kelojotan merasakan sensasi yang baru ia
rasakan setelah beberapa tahun menikah.
“Aaaaaaaaawwwwww ..
Maaaassssssss .. Enak sekaliiiiiiiiiiiiii .. Terus Maaassssss jgn
lepaskankont*lmuuuuuuuuuu . Adduuuuuuuuhhhhhhh ..
teruuuuuustekaaaannnnnnnnn yang keraaaaaaaaassss .. kalau bisa dengan
kanjutnyaaaaaaaa .!
Tangannya menggapai-gapai ke belakang ingin menarik pantatku agar kont*lku masuk lebih dalam lagi.
Dengan
leluasa pula kedua tanganku mempermainkan susunya
yang menggelantungdengan indah. Maka erangan Heni pun semakin
menjadi-jadi karena ia mendapat kenikmatan dari dua arah. Mekinya yang
aqu kocok terus dengankont*lku dan susunya yang terus aqu permainkan
dengan tanganku. Heni pun menjerit dan mengerang dengan histeris,
mulutnya meracau mengeluarkan kata-kata jorok yang semakin merangsang
diriku.
“Maaaaaasssss .. jgn lepaskan kont*lmu dari
mekiku, puaskanlah mekiku dengan kont*lmuuuuuuuu .. aqu baru
merasakankenikmatan yang seperti ini, kontoooooolllllllll .
Aaaaawwwww
. Maaassssss, aqu ingin agar kont*lmu terus berada di dalam mekiku .
Aaaaaaaahhhhhhhhh .. sssssshhhhhhhhhhhhh h ssssshhhhhhhhhh ..
Kucabut
kont*lku dari meki Heni karena aqu sudah merasa agak lelah dengan
posisi tersebut. Heni menyangka bahwa aqu akan menyelesaikan eweanku
terhadap dirinya, ia marah-marah dan meminta agar aqu segera memasukkan
lagi kont*lku ke dalam mekinya,
“Mas jgn dicabut dong kont*lnya,
Aqu belum orgasme nih! Ayo masukkan lagi! Aaaaahhhhh .. Kont*lmu
Maaaaasssss “. Namun aqu mempunyai rencana lain. Aqu minta agar Heni
berbaring telentang dengan kaki menekuk. Aqu segeramengarahkan mukaqu ke
mekinya, mula-mula aqu jilati bagian dalam pahanya, kemudian aqu jilati
mekinya dan aqu hisap itilnya.
Diperlaqukan demikian kontan Heni
menjerit karena ia tdk menyangka akan mendapat perlaquan seperti itu,
dan memang ia tdk pernah diperlaqukan demikian oleh suaminya. Suaminya
sangat konvensional.
Aaaaaawwwwww Maaaaaassssss . Geliiiiiiiiiiii
.. tapi nikmaaaaaaatt . Terus Mas hisap itilkuuuuuuuu , jilat
mekikkuuuu agak ke bawah Masss, ya .. ya .. benar disitu Maaaaasssss, .
Aaaaaaaawwwwwww . Maaaasssssss .. mana kont*lmu .
Kesinikan ..
aqu ingin mengulumnya ..” Maka aqu pun berputar untuk menyodorkan
kont*lku ke melut Heni, dan kami pun mempraktekkan posisi 69. Kont*lku
dijilati oleh Heni, kadang-kadang dikenyotnya dalam-dalam. Aqu pun
mengerang sambil terus menghisap meki Heni yang sudah dipenuhi oleh
lendir.
Ketika aqu merasa bahwa aqu akan mencapai orgasme aqu pun
mencabutkont*lku dari mulut Heni dan segera memasukkannya ke dalam
mekinyasambil terus digenjot. Nampaknya Heni pun sama akan mencapai
orgasme, gerakan pantatnya semakin liar, desahannya semakin kerap.
Dan
ketika aqu merasa ada yang mendesak di dalam kont*lku aqu pun
menekankannya keras-keras ke dalam meki Heni sambil memeluk tubuhnya
erat-erat, Heni pun demikian pula, ia memeluk tubuhku erat-erat sambil
menahan tekanan kont*lku. Maka kami pun mengalami orgasme secara
bersamaan dan kami pun sama-sama mengeluarkan suara erangan yang panjang
sebagai tanda bahwa kami berada pada puncak kepuasan.
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaaahhhh hhhhhhh . Ssssssshhhhhhhhhhhh .. Maaaaaaaaaaasssssss
.., Heeeeeeeeeennnnnnnn . Tubuh kami pun terkulai bermandikan keringat,
Heni memeluk erat-erat tubuhku seolah-olah tdk mau lepas selamanya. Ia
berbisik dengan manja sambil nafasnya terengah-engah,
“Mas maaf
yah atas kelaquanku terhadap Mas Ary tadi! Tadinya Heni kira ngewe itu
dengan siapa pun rasanya sama saja, ternyata ngewe dengan Mas Ary itu
beribu-ribu kali lebih nikmat dibandingkan dengan ngewe bersama suami
Heni.
Terus terang saja kadang-kadang Heni merasa bosan ngewe
dengan suami Heni karena ia hanya mementingkan diri sendiri. Baru kali
ini Heni mengalami yang namanya orgasme. Ah kont*l Mas Ary
sangat perkasa, aaaahhhhh . Kontooooooool. Kamu ini kok nikmat sekali!”.
Sambil berkata demikian ia mempermainkan kont*lku sehingga kont*lku
tegang kembali.
Melihat kont*lku sudah ngaceng kembali Heni
merengek meminta ngewe kembali. “Mas, ngewe kembali yu? Tuh kan
kont*lnya sudah tegang kembali, Heni akan meladeni Mas Ary sampai kapan
pun kont*l Mas Ary sanggup menancap di dalam meki Heni! Ayo dong Mas!”
Aqu pura-puratdk mau (padahal nafsu sih sudah sampai ke puncak ubun-
ubun)
“Enggak mau ah nanti suamimu keburu pulang, lagi pula Heni
kan mau menyeterika, kita cari saja seterikaan itu”. “Enggak Mas,
suamiku sdang pergi ke luar kota, baru besok ia pulang. Soal seterikaan
sekarang sudah menjadi nomor ke berapa, jauh lebih penting kont*lmu Mas
dibanding dengan seterikaan.
Menyeterika itu seringkali terasa
membosankan tetapi ngewe denganmu rasanya aqu tdk akan pernah bosan
maaaaaasss . Cepet doooongngng coba raba mekiku Mas, sudahsangat
basaaahhhh masssss, ayo doooooong ., kontoooooollllll .”, Heni menjawab,
ia tetap merengek meminta agar aqu memasukkan kont*lku ke dalam
mekinya, namun aqu diam saja seperti tdk mau.
Karena aqutdk
bereaksi maka Heni pun mengambil inisiatif, ia segera naik ke atas
tubuhku, menciumi dadaqu, menyodorkan susunya ke mulutku agarkuhisap,
menyodorkan ketiaknya agar aqu menjilatnya, dan menyodorkanmekinya ke
mukaqu,
“Mas, jilat dong mekiku, hisap itilnya sesukamu,aqu inghin
mendapat kenikmatan lagi, silahkan dong Maaasssss ..!”. Aqu pun tdk
menyia-nyiakan kesempatan yang menggairahkan ini, segera aqu menjilati
mekinya dan menghisap itilnya, kadang-kadang menggigitnya.
Diperlaqukan
demikian Heni mendesah dan mengerang sambil pinggulnya tdk
henti-hentinya menggelinjang, “Aaaahhhhh Maaasssss terus beri aqu
kenikmataaaaaan, aaaawwwww .. jgn terlalu keras menggigitnya dooooong
Mas, aaahhhhhhhh . Ssssshhhhhhh ssssssshhhhhhh .. nikmaaaaaaat .”.
Tdk
lama kemudian ia mengarahkan lubang mekinya ke arah kont*lku yang
memang sudah ngaceng dari tadi dan kont*lku pun menyambutnya dan terus
melaqukan penetrasi sambil terus kunaikturunkan pantatku untuk
mengimbangi goyangan pantat Heni.
“Aaaaaaaaaaaahhhhhh hh ..
ssssshhhhhhh ..”, Heni pun menjerit karena merasa senang diperlaqukan
demikian, “aaaaaahhhhh .. hmmmmmhhhhhh . Massssssss.. terus tancapkan
kont*lmu ke dalam mekiku ssssshhhhhhhh .
aqu rela maaaasssss ..
Maaassss bulu kanjutmu menambah kenikmatan mekiku maaaaasssss ..
aaaahhhhhhh . Kontoooollllll .. Setelah berlangsung agak lama Heni
meminta aqu mencabut kont*lku danmenusuknya dari belakang,
“Maaaaasssss
.. cabut dulu kont*lmuuuuuuuu .. aqu ingin ditusuk dari belakang
aaaaahhhhhhhh cepet maaasssss tusuk mekiku dari belakaaaaaaang
Maaaaassssss .. aaaaaaaahhhhh .. sssshhhhhhhh .. Maaassssss ..
Heni
memang hebat, kini ia sangat agresif dan pandai merangsang serta
memuaskan lawan mainnya. Ia langsung bisa mengimbangi permainanku dalam
bersetubuh. Kami pun melaqukan berbagai variasi dan posisi dalam
bersetubuh, dan kami selalu mengalami orgasme secara bersamaan.
Sejak
saat itu aqu dan Heni sering melaqukan persetubuhan, tergantung siapa
yang lebih dulu menginginkan maka dialah yang menghampiri lebih dulu.
Kadang-kadang Heni datang ke rumahku ketika istriku sdang tdk ada di
rumah. Kadang-kadang aqu yang datang ke rumahnya ketika suaminya sudah
pergi.
Tdk jarang ketika aqu datang ke rumahnya Henisdang mencuci
pakaian di kamar mandi maka kami pun bersetubuh di kamar mandi,
kadang-kadang kami bersetubuh di dapur kalau kebetulan
ia sdang
memasak, kadang-kadang pula kami melaqukannya dengan berbasah-basah di
lantai bila ia sdang mengepel. Dan setiap variasi persetubuhan yang kami
laqukan selalu memberi sensasi baru kepada kami.
Heni semakin
sering berkunjung ke rumahku, walaupun sdang ada istriku. Kalau ia
berkunjung ke rumahku dan istriku sdang di kamarmandi atau sdang ke
warung kami memanfaatkan waktu yang sebentartersebut dengan seefektif
mungkin untuk ngewe atau sekedar salingmempermainkan kemaluan kami
masing-masing.
Atau kalau kami berpapasanmaka tangan Heni tdk
pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk menjawil kont*lku dan aqu pun
selalu mencubit mekinya yang memang seolah-olah ia sodorkan untuk
kucubit atau kujawil dan kuremas susunya.
Kini, setelah aqu
mempunyai lubang kenikmatan yang baru, yaitu meki eni, aqu pun tdk
terlalu bnyk menuntut kepada istriku, demikian juga Heni, ia tdk lagi
suka meminta jatah kepada suaminya.
Komentar
Posting Komentar